Sabtu, 24 Desember 2011


SEKILAS SEJARAH SUSTER SUSTER OSF
BERKARYA DI

KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA



Riwayat Hidup Pendiri
Pada tanggal 19 November 1787 lahirlah seorang anak putri sebagai anak sulung dari keluarga Neer Damen dan Gertrud dari desa Heythuysen di Ohe-en-Laak, Provinsi Limburg Tengah, Negeri Belanda. Dia anak dari keluarga petani yang harus membanting tulang dan memeras keringat untuk mendapatkan nafkah. Bayi itu diberi nama Catharina Damen.  Semasa anak, ia rajin ke ladang membantu orang tuanya.  Ia tidak banyak bicara, tapi tekun bekerja dan suka berdoa.  Sejak kecil ia pintar membawakan dirinya.
Catharina Damen ini suka keheningan.  Di dalam ke-heningan ia menyadari betapa besar cinta Tuhan kepada ke-luarganya.  Tuhan selalu menyelenggarakan segala sesuatu yang dibutuhkan keluarga Maria Catharina melalui kerja keras mereka.
Maria Catharina Damen adalah seorang gadis yang sederhana, percaya kepada Tuhan yang selalu menyelenggarakan segala sesuatu yang dibutuhkannya.  Maka ia semakin berusaha untuk be-kerja keras dan berdoa.  Ia adalah gadis yang sederhana dan miskin, namun ia semakin aktif dan kreatif mengembangkan dirinya, karena ia tetap percaya kepada Tuhan penyelenggaraan-Nya.

Awal berdirinya OSF
            Maria Catharina Damen hidup di jaman kericuhan, baik dalam bidang agama maupun po-litik. Dengan kepercayaan yang kuat akan penyelenggaraan Tuhan, ia pergi ke Maesseik kota kecil dekat desa kelahirannya, lalu menggabungkan diri dengan persekutuan orang-orang yang menama-kan dirinya anggota Ordo KetigaSt. Fransiskus yang tetap awam, yang membaktikan hidupnya ke-pada Tuhan, dengan doa dan karya.  Dalam ordo inilah ia berserah setia dan mendapat gemblengan untuk mengatasi tantangan jaman. Disinilah ia berkarya, berdoa, bermatiraga dan melaksanakan tugasnya dalam keheningan.

Semangat DEUS PROVIDEBIT – Tuhan akan menyelenggarakan adalah dasar satu satunya untuk tumbuh, berkembang dan menyebarnya Tarekat Suster-Suster Santo Fransiskus dari Tapa Denda dan Cinta Kasih Kristiani.  Semangat ini diyakini dan dihayatinya.  Semboyan “Deus Pro-videbit-Tuhan akan menyelenggarakan”yang merupakan semangat orang-orang di desanya meng-antar Catharina Damen ke Maeseyck, 2 jam perjalanan dari Ohe-en-Laak. Di sinilah Catharina mulai mengenal semangat Santo Fransiskus Assisi melalui imam-imam Fransiskan Kapusin, dan bergabung dalam Ordo ketiga Sekulir St.Fransiskus.  Catharina dan teman-temannya menjalankan cara hidup seperti yang dijalankan oleh para imam. Mereka dilarang memakai pakaian mewah, harus hidup sopan, ugahari dalam hal makan dan minum, berdoa ibadat gerejani serta banyak berpantang dan berpuasa. Catharina Daemen mengucapkan kaulnya pada tanggal 12 Oktober 1817.  

Kaul ini menjadi dasar bagi Catharina untuk memulai hidup dalam semangat tapa denda dan cintakasih Kristiani sesuai dengan semangat Santo Fransiskus Assisi.  Cita-cita Catharina menjadi biarawati masih terus membara dalam dirinya.  Ia tidak mau berhenti dengan menjadi anggota Ordo Ketiga Sekulir, maka ia menggabungkan diri dengan para Masoeurkes “Op de Trepkes”, kumpulan wanita wanita muda yang hidup bersama, berdoa bersama, makan bersama dan mem-punyai peraturan peraturan tertentu serta pembagian tugas kerja.  Penduduk menganggap cara hidup mereka sebagai hidup membiara.  Pelayanan mereka sangat membantu masyarakat terutama para orang tua yang karena kekacauan jaman kurang melibatkan diri dalam pendidikan anak anak mereka. Keberhasilan kelompok ini menarik perhatian Pastor van der Zandt, kepala Paroki Heythuysen maka beliau meminta kesediaan mereka untuk berkarya di parokinya.  Catharina tiba di Heythuysen pada tanggal 21 Juni 1825

Perjuangan Catharina dan para pengikutnya mohon ijin kepada Uskup mendirikan sebuah biara dan memakai habijt fransiskan. Penolakan Uskup tidak melemahkan semangat mereka, kehidupan doa dan karya sungguh dipelihara, bahkan doa dan korban ditingkatkan, akhirnya untuk yang kedua kalinya menghadap Uskup. Bapa Uskup akhirnya memberikan ijin dan restunya kepada wanita sederhana ini dengan berkata : “Semoga Tuhan memberkati kepercayaanmu kepada-Nya.  Pergi dan dirikanlah Tarekatmu”!  Maka pada tanggal 10 Mei 1835 ditetapkan sebagai hari ber-dirinya Tarekat Suster-Suster Santo Fransiskus dari Tapa Denda dan Cinta Kasih Kristiani. 

Mulai di Indonesia
Atas undangan Mgr. Lijnen Uskup Hindia Belanda yang melihat kebutuhan penanganan anak anak yatim piatu di Semarang, maka beliau mengundang para Suster datang ke Semarang.  Dengan kapal Jacoba Corneliakesebelas Suster berangkat, setelah mengalami badai dan taufan di perjalanan akhirnya dengan selamat mendarat di Batavia.  Setelah beristirahat beberapa hari di Susteran Ursulin Jl. Pos 2 Jakarta, mereka melanjutkan perjalanan ke Semarang dan tiba pada tanggal 5 Februari 1870.   Di Gedangan Semarang, para Suster diperkenalkan kepada 221 anak yatim piatu yang membutuhkan bimbingan dan pendidikan, karena saat itu masalah pendidikan, kehidupan moral dan rohani kurang sekali mendapat perhatian.

Suatu penyelenggraaan Ilahi bagi Tarekat OSF atas hadirnya sebuah biara dikota Metropolitan Jakarta.  Atas permintaan Mgr. A. Djajasepoetra SJ para Suster melayani karya Pendidikan, karya Pastoral dan Sosial. Pada tanggal 22 Juli 1955 tepat pada hari pesta nama Ibu Magdalena Daemen, secara resmi Suster-Suster Ursulin menyerahkan biara dengan segala karyanya kepada kita.  Peristiwa bersejarah ini dihadiri oleh Mgr.A.Djajasepoetra SJ.  Sebelas Suster Suster OSF menggantikan Suster-Suster Ursulin. Bapak Uskup meminta karya baru juga ditangani, yaitu menyelenggarakan asrama mahasisiwi, bagi mereka yang datang dari luar Jakarta atau luar Jawa yang studi di Universitas di Jakarta.  Maka pada tanggal 3 Agustus 1955 dimulai asrama tersebut.

Sampai saat ini Suster-Suster OSF hadir dan berkarya di Keuskupan Agung Jakarta, dengan 3 komunitas yaitu : di Matraman (Jakarta Timur), Tanjung Priok (Jakarta Utara)  dan di Bekasi.

Komunitas  OSF Tanjung Priok, dengan alamat Jl. Kramat Jaya 1 B Tanjung priok, Jakarta Utara  14270.

Pada tanggal 12 Januari 1960 dalam pembicaraan antara Bapak Uskup alm. Mgr. Dja- jasepoetra SJ dan Sr. Theophile Bozeman sebagai provinsial, Bapak Uskup meminta kesediaan para Suster untuk mengelola sebuah klinik bersalin yang telah ada.  Langkah awal ini diikuti dengan berdirinya biara dan sekolah-sekolah. Priok adalah daerah pelabuhan yang dihuni oleh para pendatang dari berbagai daerah di Indonesia. Penduduknya pada waktu itu masih sangat sedikit. Meskipun demikian, Bapak Uskup sudah mulai melihat kekurang-sejahteraan kehidupan rohani dan jasmani para warganya.  Priok adalah daerah rawa-rawa yang dibudidayakan untuk menjadi daerah tempat tinggal yang layak.  Nama Rumah Sakit Diesel lebih dikenal oleh masyarakat dari pada poli umum yang dikelola para Suster OSF ini bagi  masyarakat bawah.  Dalam permulaan dimulainya klinik ini, mengalami banyak hambatan, namun berkat keuletan seorang suster Belanda yang memulainya, maka poliklinik ini tetap berjalan dengan pasien yang datang dari daerah sebelah utara Jakarta, yang kebanyakan miskin. Para Suster mengelola TK,SD, SMP dan SMU serta Rumah Bersalin dan Poliklinik. Karya sosial yang dulu pernah ditangani adalah mengunjungi para wanita penghuni rumah pelacuran dan membekali wanita wanita ini dengan kursus ketrampilan agar dapat kembali ke masyarakat. Sejak ditutupnya kompleks WTS ini pada tahun 1999, maka para Suster menangani karya sosial di daerah Tanah Merah, yang letaknya di belakang kompleks WTS ini.  Keluarga2 yang mendidrikan rumahnya di tanah liar dan pekerjaan mereka yang tetap adalah sebagai pemulung, berjualan kecil2an, dan sebagai buruh atau kuli.  Para suster bergabung dengan kelompok Magdalena dari paroki dan Suster Putri Kasih (PK) menangani karya sosial.

Demikianlah sekilas sejarah Konggreasi OSF di  KAJ khusunya di Tanjung Priok Jakarta Utara yang sebentar lagi akan memperngati 50 tahun berkarya di Tanjung Priok. Semoga para Suster OSF tetap tekun dan setia dalam menangani karya Pendidikan, Kesehatan, Pastoral  serta sosial. Dan semoga rahmat Tuhan tetap memberkati kita semua.   


Ditulis kembali oleh :
Sr.M. Yosetta Herawati OSF
  























Kamis, 08 Desember 2011

Selamat Datang Di Blog Suster-suster OSF

Visi dan misi suster suster osf    
           
V I S I 
                                                                                                                                  Kami para suster Santo Fransiskus Assisi dari Tobat dan Cinta Kasih Kristiani, Provinsi Tritunggal Mahakudus Indonesia, menghayati Injil Yesus Kristus dalam semangat Bapa Fransiskus dan Ibu Magdalena Daemen, percaya akan kebaikan Tuhan dan Penyelenggaraan-Nya untuk memperjuangkan nilai-nilai Kerajaan Allah di jaman ini dengan kelembutan hati bagi semua ciptaan.

M I S I     
                                                                                                                                                   1. Meningkatkan keheningan batin dengan mengakui, menyembah dan mengabdi Tuhan agar iman akan Penyelenggaraan Illahi semakin tumbuh dan berkembang dalam menghadapi realita hidup

2. Bertobat terus menerus dan bersikap berani menjadi nabi masa kini yang memperjuangkan kejujuran, kebenaran dan keadilan dengan kelembutan hati.

3. Menghadirkan Kristus dalam melaksanakan karya perutusan Gereja dan Kongregasi dengan kerendahan hati dan siap sedia kemanapun kita diutus.

4. Membuka diri dan bekerjasama dengan siapa saja yang berkehendak baik dalam memperju—angkan nilai-nilai politik, ekonomi, social dan budaya untuk mengangkat martabat manusia dan keutuhan lingkungan semesta.

5. Menghadirkan Kristus yang berbelas kasih,membawa damai, dan kegembiraan, serta kese- jahteraan dengan melibatkan diri dalam upaya memberdayakan mereka yang miskin, lemah dan menderita.

foto komunitas OSF saat ini ( tahun 2011)



Duduk dari kiri kekanan
  1. Sr.M. Michael
  2.  Sr.M. Yosetta
  3.  Sr.M. Petra

         Berdiri dari kiri kekanan
1.     Sr.M. Valeri
2.     Sr.M. Eliana
3.     Sr.M. Monica
4.     Sr.M. Judith
5.     Sr.M. Xaveria
6.     Sr.M. Rosita
7.     Sr.M. Charitas 

foto komunitas OSF PErTAMA 19 Maret 1962

Duduk dari kiri kekanan
1.     Sr.M. Edward, OSF
2.     Sr.M. Ubalda OSF
3.     Sr.M. Gijsbertha, OSF
4.     Moeder Marie Joseph, OSF
5.     Sr.M. Gabrielle, OSF
6.     Sr.M. Inigo, OSF